Kalau harus menatap,
matamu memang sangat menyala, tajam memikat sukma
mentari saja enggan menggangu pandangan
bulan harus memilih muncul jika kelopakmu terpejam
Kalau harus meraba,
kulitmu halus mengemban sutra
membelalakkan mata, hingga ke mata hati
mengoyak setiap desakan angin yang lewat
semilirnya serasa hilang karena halusnya
Kalau harus berkata,
bibir ini harus mengaduh kesekian kalinya
harus berfikir berjuta kalinya
harus menyapa dinding kaca bertahun - tahun lamanya
Kalau memang tak bisa,
akan kuremuk naluri sukma yang tergores air mata luka
bahkan kuterjunkan batu bongkahan ke penghujung tebing
atau akan kupersembahkan rafflessia untuk elisabeth
Tapi puisi hanya bisa mengibaratkan,
tak akan banyak berbuat
tak akan banyak membantu
bahkan sampai habis naruli luka seorang sepi
Created by : Desi Dwi Siwi Atika Dewi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar