Senin, 05 November 2018

-Surat kecil sembari nyamil-



Amba dan bhisma pernah mengajarkan,
Wanita dan rahasianya begitu lekat bersama menyembunyikan sepi dan cemburu.
Lelaki dan semua kekurangannya begitu kental namun tidak-pun menepi.
Mereka mencintai dalam dalam setiap detik tanpa menagih janji
//
Maka aku dan rahasiaku,
Jangan jadikan aku beban di atas pundak yang kau topang setiap hari.
Berkaryalah dengan akal dan nurani.
Berjabatlah dengan tangan yang akan menggapai mimpi2mu juga.
Tersenyumlah kepada siapapun yang menganggapmu tinggi.
Berbaiklah dengan semua hal yang menjadikanmu berdiri.
//
Jangan jadikan aku beban di atas hati dan omong kosongnya,
Sibuklah dengan segala yang mampu membuatmu benar-benar menjadi insan
Aku-pun sama. Akan mengerti bahwa hidupmu bukan milikku.
Dan jangan bebankan.
//
Aku mencoba mengerti bahwa kita tidak sekadar berbagi rasa,
Menyalakan hati dengan perasaan meletup lalu dengan mudahnya padam,.
Kita tidak sedang membicarakan bagaimana caranya berlayar dengan harapan,
Apapun bahan bakarmu untuk sampai kesini adalah jawaban doa-doaku,
Baik dan buruknya adalah tantangan penerimaanku,
Jangan larut menjauh dan sedih, kuselipkan kau dalam doaku.

Yogyakarta, sekre bem fk-kmk.
September 2018.

Selasa, 30 Oktober 2018

Aku

Aku terjatuh begitu dalam,
Sampai tidak percaya bahwa permukaan itu terang,
Menolak percaya bahwa pepohonan kian merindang.

Sampai aku menemukanmu,
Kita samasama terjatuh sedalam ini,
Namun bedanya kau selalu mencoba memanjat tanpa tapi,
Kita beranjak, saling menopang,
Aku sengaja mengaburkan segala luka,
Kupikir paling tidak kau akan selamat.

“Matahari sudah terlihat”, katanya
Aku terseok2 mengadu bahwa kakiku tertancap duri
Kau dengan nyaring mengatakan,
Tanah yang membuatku terpeleset membutuhkan air untuk tetap menjaga tanamannya hidup,
Kau tunggu..aku akan berlari untuknya, memastikan bahwa dia baik,

Aku terseok,
Mengaduh dan bergeming, “apakah hidupku memang  hanya ditakdirkan mengalah? Lalu siapa yang mengerti bahwa ternyata ragaku serapuh ini?”
Aku menjahit lukaku, dengan senyuman kepercayaan.

Jumat, 20 Juli 2018

Bukankah semakin mudah ketika manusia berfikir bahwa hidup adalah tentang pengolah pengalaman dan menyesapkan penerimaan?
Dengan begitu, mungkin masalah manusia akan lebih mudah disederhanakan, bukan mengaitkan bagaimana proses dan seberapa banyak pengorbanan. Semuanya akan berupa logika sudut pandang dan kedewasaan,
membayangkannya saja membuatku nyaman. 

Kamis, 26 April 2018

Lamentasi Bersama Sepi


Kuperhatikan Jemari kakiku yang sedang enggan menari
Bisa kurasakan,
Angin yang dengan elok membelai nurani
Bisa kudengar
Alunan rintik hujan yang mengiringi jangkrik membawakan melodinya

Kuratapi lagi berjuta imaji,
Kemauan dan mimpi,
Kebohongan dan ilusi,
Bahkan Keramaian hingga sepi

Kepalan tanganku semakin menjadi,
Mengingat betapa manisnya melupakan janji
Tanpa menengok hati
yang mungkin mengampu asanya setiap pagi

Sampai kepada malam ini,
Lamentasi ini bahkan menggerogoti makan malamku akan sepi

Yogyakarta, 2 Januari 2017
Desi Dwi Siwi Atika Dewi

Miasma Sore Hari

Matahari menggantikan bulan
Berkeliling dan berceloteh
Burung - burung menggapai angin
Berlarian riang tanpa akhir pandanganku
Bunga - bunga bermekaran
Mendayu menyingkap duri memanggil rajanya

Kalau saja pagi masih bisa begini,
Rela kubiarkan tubuhku dibelai miasma sore harinya
Untuk pagi yang selalu lebih indah dikenang
Sendiri
Di tengah perjuangan berdikari

Yogyakarta, penghujung 2017.