Minggu, 24 Februari 2019

Kepada kamu,

Teruntuk wanita masa lalu lelakiku.

Dalam diam dan senyuman, aku menemukan lelakiku ketika jatuh kedalam jurang terdalamnya, kacau, sedang sekarat-sekaratnya karena—ditinggalkanmu. Dan aku setengah mati mengembalikan senyum dan kepercayaannya padaku, yang pun tak tahu bagaimana bisa tersentuh oleh cerita dan impinya yang kandas—mungkin karenamu.

Berhentilah,
Tak perlu kau menggambarkan beribu bintang yang tergantung impian kalian di masa itu hanya untuk menariknya kedalam pelukmu-lagilagi.

Mengertilah,
Bukan kepadanya kau akan berdamai dengan hatimu, bukan dia tempat yang kausimpan dalam memori masa depanmu.

Sudahilah,
Terkadang aku lelah mencemaskan ini.
Lelah ketika lelakiku mengaku tak perlu risau dengan semua sikapmu.
Bertengkar dengan ego ketika kau menanyakan apakah aku mendengar segala keromantisan kalian dimasa itu.
Ingin menutup mata ketika melihatmu menilai bagaimana aku didalam diriku.

Tak perlu dengan sigap menanyakan bagaimana kedaannya,
Akan kupastikan dia baik dan bahagia bersamaku.

Jangan kembali datang dan menggelitikku dengan segala omong kosong penyesalanmu atas kehancuran lelakiku.

Sekarang, biarkan sedikitnya aku membuatnya tersenyum sesekali dan bahagia selamanya bersamaku.


Yogyakarta,
26 oktober 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar