Senin, 12 Mei 2014

Tersadar Oleh Syair Kerinduan

Aku termenung, entah berapa lama
Aku melihat, entah apa yang kulihat
Aku mendengar, entah suara lantang atau hanya sebuah bisikan

Menunggu,
Layaknya kuncup bunga di pagi hari
Entah akam mekar menjadi bunga penghias semesta
Atau memilih layu dan jatuh mengikuti angin

Mencari,
Meneliti setiap kata yang terucap
Menjelma menjadi goresan tinta dalam syair patah hati
Mengamati berjuta langkah yang kau jalani

Aneh,
Bagaimana sepucuk surat ini datang dari kaleng-kaleng tak bernama
Bercampur padu dalam ruang otak
Mengusir sejuta perkara dan perasaan
Mengusik ruang kosong percintraan dalam kalbu diri
Membingungkan,
Berbagai kesimpulan tanpa awalan
Berbagai peristiwa yang muncul beriring sepi

Namun, surat ini berseru
''Jangan pernah mengakhiri perasaan tak bertepi ini''

(Desi Dwi Siwi Atika Dewi)

Minggu, 11 Mei 2014

Dengarkan Sejuta Ceritaku

Keegoisanku bercerita
Membahananya berjuta angan beriringan dengan mega
Berkutat bersama awan
Mengenang sejuta pinta berdecit dalam logika

Kekejamanku bercerita
Mau tak mau yang kau unjukkan
Tetap harus terpatri dalam nadi
Mengalir mengunci setiap pemberontakan jiwa
Mengusap peluh yang jatuh mengikuti ungkapan kedamaian

Kisahku bercerita
Rosie mengenang sunset dengan segala bahagia
Tegar mengenang sunrise dengan penguapan kesempatan
Berjuta pinta berdenyut, mengaduh, mencabik
Berselempangan selendang kepedihan jiwa
Aku disini, bercerita

Logikaku bercerita
Desir angin membuatku terkikis membidik angin
Andai kau tau,
Berapa besar nanah perjuangan pelampiasan jiwa
Berapa besar bulan yang kugambarkan dalam logika tak bermakna

Karena kau,
Aku mampu bercerita
Aku mampu mengalunkan sejuta syair terindah semesta
Namun namanya mega,
Hanya cukup dilihat dengan kelopak basah berbalut luka
Karna rasanya perlu menua untuk terus bertahan

(Desi Dwi Siwi Atika Dewi, 11mei 2014)

Sabtu, 10 Mei 2014

Perjumpaanku Dengannya

Perjumpaanku dengannya
Baru dimulai sore ini
Selepas hidung merasakan belaian aroma hujan
Seiring bertalunya gendang adzan
Mengiringi doa senja dalam lingkup hidup setia insan

Perjumpaanku dengannya
Baru terasa ketika mataku mengenali tulisan tinta maya
Lewat selembar kertas maya yang terbang diiringi suara sendu
Menceritakan keseharian indah yang seharusnya bermakna
Berkamuflase menjadi kosong
Hari yang indah, pupus menjadi abu
Kembali seperti tadi, semangat yang kau bawa berdarah api

Perjumpaanku dengannya
Baru terasa ketika tinta maya ini menggoreskan berjuta pengalaman
Baik buruknya cukong cukong penguasa siang ini
Menjadi begitu tabu tertutup kekecewaan yang kalut

Bisa kurasakan
Bagaimana membayangkannya berdiam
Mengais sedikit harapan
Berjejer kaki menimpang tanpa bergelut dalam luasnya arena
Mungkin sangat rumit dalam logika manusia yang selalu penuh dengan harapan memanusiakan dan kemanusiaannya
Tapi begitu sederhana jika dia mampu menyerukan
Bahwa abu tak akan selamanya mati
Bahwa api tak akan membiarkan semuanya hangus

Bisakah kau rasakan?
Perjumpaanku dengan dunianya yang sesungguhnya?

@desiatikaa

Minggu, 04 Mei 2014

Perjamuan Senja

Senja menjanjikan rembulan
Menguas siluet orange yang tergambar indah
Menemani kaki berjajar menapak
Tanpa bergantian mengelus tanah-tanah basah

Bersama mereka
Yang entah berimajinasi atau berkutat dengan persepsi
Aku mengumbar nanarnya bola mata
Mengikuti tetes-tetes air hujan
Yang berjatuhan mengiringi kuasan ilahi

Ratusan denting detik mengalun
Mengoyak pikiran dan ketidaksabaran
Fana yang memang maya
Bukan berarti tak akan pernah menjadi nyata bukan?

Disini, di tengah kerumunan
Berpuluh puluh kepala dan berjuta tatapan
Terusir oleh dinginnya penantian rindumu
Menapak, menjejak, namun melayang dikepung dentuman waktu

Bersamaan dengan itu
Angin mengabarkan dengan eseman manja
Menggerayangi seluruh pikiran yang beradu
Berjuta langkah mataku menemani
Berjuta doaku melayang, entah sampai sekarang
Atau berjuta tahun lagi

Perjamuan menanti rembulan baru saja dimulai
Inginku baru saja mulai bereaksi dengan janji malam
Namun perjamuan menyapa perpisahan sudah dilayangkan
Langkahmu yang diiringi doa
Semoga semakin mantap menapaki jaman

Sampai saatnya nanti
Perjamuan itu akan hangus dimakan phytagoras
Nanar menatap hujan akan bercampur bersama geometri
Dan akan kutemui kembali peristiwa percepatan yang tidak bisa dihubungkan dengan fisika di kota ini

-desi dwi siwi atika dewi-
Mengenang perjamuan di kota tercinta
Happy birthday for you, 24 april 2014.