Aku termenung, entah berapa lama
Aku melihat, entah apa yang kulihat
Aku mendengar, entah suara lantang atau hanya sebuah bisikan
Menunggu,
Layaknya kuncup bunga di pagi hari
Entah akam mekar menjadi bunga penghias semesta
Atau memilih layu dan jatuh mengikuti angin
Mencari,
Meneliti setiap kata yang terucap
Menjelma menjadi goresan tinta dalam syair patah hati
Mengamati berjuta langkah yang kau jalani
Aneh,
Bagaimana sepucuk surat ini datang dari kaleng-kaleng tak bernama
Bercampur padu dalam ruang otak
Mengusir sejuta perkara dan perasaan
Mengusik ruang kosong percintraan dalam kalbu diri
Membingungkan,
Berbagai kesimpulan tanpa awalan
Berbagai peristiwa yang muncul beriring sepi
Namun, surat ini berseru
''Jangan pernah mengakhiri perasaan tak bertepi ini''
(Desi Dwi Siwi Atika Dewi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar