Badai malam ini teduh
Sekedar menghangatkan kuku kukuku memutih pucat
Menjadi selimut rambut tanganku yang kegelian
Kumaknai hipotermi sebagai kehangatan
Tempo hari,
Aku masih melihat hujan dikala malam adalah sendu
Momok petir yang mengancam gulitaku membahana
Perangai bulan yang setia-pun dijamah
... kerapuhan kelam
Ternyata begitu saja penerimaan
Seperti cengkeraman yang berubah menjadi kekuatan
Tak ada lagi goncangan yang melambangkan permusuhan
Akulah bahagia dalam diriku
Akulah dewi mentari bagi hidupku!
Yogyakarta, 19 April 2017
Desi dwi siwi atika dewi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar