Sabtu, 02 April 2016

Rasa

Seberapa jauh tingkatan sayang?
Seberapa besar naluri mencintai?
2 pertanyaan yang nggak akan bisa dijawab dengan munafik.
Sayang = melepaskan.
Big no. At first, kamu perlu berjuang untuk apa yang kalian sebut pencapaian. Dan kalau kalian udah mutusin sayang, pencapaian kalian cuma satu. Bahagia sama orang itu, atau bahagia karna orang lain.
Em, tapi ngga ada salahnya melepaskan kalau memang akhirnya memang dituntut buat melepas. Sampe usahamu beneran harus dilipet, disimpen rapi rapi buat siapapun yang berhak untuk ngedapetin itu suatu saat.
Tapi....
Kita punya hati, yang diciptain sama Allah sebegitu rumitnya sampe bisa dijadiin alat untuk nyembunyiin semua perasaan untuk kita sendiri. Entah sedih. Entah seneng. Entah kecewa. Muaranya sama;ke hati.
Sayang=menjaga hati.
Aku ngrasa ini lebih cocok. Kalau kamu sayang seseorang, kamu nggak akan pernah peduli kemana dia akan pergi. Kamu nggak akan pernah kecewa dengan pilihannya untuk tinggal atau bertahan dengan masanya. Kamu punya begitu banyak "hadiah" buat dia, karna hati kita masih terlalu rumit untuk dibaca, hati kita punya ruang penyimpanannya sendiri untuk merangkai rindu setiap detik.
Hati yang dijaga akan jauh lebih berharga dibanding memilih melepaskan atau mempertahankan. Terlalu munafik.
Dan Pencapaian terbesar dari sayang, adalah hati kita sendiri. Tempat menyembunyikan keyakinan dan doa setiap detiknya. Tempat menaruh harapan dan menangkis godaan cinta lain, kesetiaan yang lebih bening ketimbang cinta suci yang menuntut kehadiran.
.
.
Biarkan aku berproses, aku ingin menjaga hatiku untuk-mu
.
.
Lalu, seberapa besar naluri mencintai?
Ketulusan cinta adalah hal yang abstrak. Kadarnya bisa berubah ubah sesuai selera. Dan selera bisa berubah karena banyak hal. Intinya?cinta tidak absolut.
Aku masih tidak mengerti penjabaran dari kata "aku begitu mencintaimu" dalam perbendaharaan kata. Karna jika dimaknai maknanya nol besar.
Mencintai adaalah suatu janji, seberapa pun kamu merasa bosan, seberapa pun kamu merasa tidak dihargai, seberapa pun kamu merasa sangat lemah dimata cinta, rasa itu tidak akan berkurang.. dia akan tetap sama.
Ini adalah masalah konsistensi diri
Sama seperti aku menikmati kopiku manis, tetapi membuangnya karena berubah menjadi pahit. Padahal manis memang tak akan bisa bertahan, karena lidah punya kapasitasnya sendiri.
Sedangkan, denganmu aku paham bagaimana kopiku akan terasa pahit dan hambar, akan terasa dingin dan butuh ganti karna rasanya.
Tapi aku akan tetap memegang cangkir kopiku, karna keputusanku untuk mencintai adalah bulat pejal, tidak bersudut dan tidak beruang. Menjadikan kopiku akan manis sepanjang waktuku, menguatkan diriku yang mulai menapak apa arti menjaga hati dan konsistensi diri.
.
.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar