Senin, 12 Januari 2015

It12.14 WIB
Selasa, 13 Januari 2015
Ruang kelas XI PMIIA 3
SMA N 2 Yogyakarta

Mendung.
Menanti gerimis.

Sampai saatnya lelah, kami semua akan menyadari bagaimana bumi berotasi.
Tidak sepenuhnya mulus. Kadang dia juga harus mengalah kepada awan dan titik air. Mungkin, karena iba melihat permohonan hujan kepadanya.
Siapa pula yang tidak kasihan kepada hujan, aku berfikir. Bagaimana semua titik titik itu rela dijatuhkan oleh awan, hanyak untuk kami para manusia yang mengancam meniadakannya lagi.
Harus berproses lagi-hanya untuk dijatuhkan kembali, luar biasa.

Di dalam sini, otak kami difokuskan kepada suatu masalah yang sama, matematika. Tapi namanya sma, kami bahkan tidak tau apa yang telah dituliskan di papan tulis yang di atasnya sudah tergantung gagahnya burung garuda.
Hanya kami dengarkan iringan bel yang menandakan kebahagiaan bagi semua siswa, hanya kami perhatikan "bunda" kami yang hari ini cantik dengan rok barunya. Dan aku, memilih menulis catatan entah-berantah ini.

Mulai hujan, gerimis sendu seperti "Bunda Ope" dalam imajinasi Tere Liye ketika sampai di Batavia. Suara sudah bercampur dengan berbagai pita yang nakal hendak disaingi hujan.

Kosong.

Kali ini aku tidak bisa mencatat. Lantaran tangan yang masih mengaduh, atau sedang menggaduh "?" Aku bersama yang lain, sebagian lain yang memilih memegang gadget menemani petir dan gulitanya pikiran. Games, chat, sudah terlampau banyak objek pilihan untuk nakal, jaman sekarang.

Hei hujannya sudah hampir reda, sekarang jam 13.08.
Cepat. Tidak lambat.

Air itu mungkin akan terus mengalir ke tempat yang asing sebelumnya. Sama seperti kami, yang menjalani saja apa yang ada di papan. Mendengarkan saja apa yang sudah diisyaratkan mulut manusia yang sedang berkuasa di zaman ini. Tanpa tau apa yang hendak kami gunakan dengan semua ini.
Tidak. Bukan cita cita yang aku maksudkan di sini.
Namun semuanya, ini semua. Kami terus digelontor dengan rumus rumus Kurikulum yang senantiasa berubah dengan berubahnya....entah.
Tapi tidak pernah jelas.

13.11 WIB
Ruang kelas XI PMIIA 3
SMA N 2 Yogyakarta


Memilikimu

Memililki adalah kehilangan yang buram

Memiliki adalah harapan terucap kepada pemilik tatapan sendu

Memiliki adalah kata yang tersampaikan dalam doa

Memiliki adalah cerita yang kaya akan hakekat

Namun aku memilikimu dalam arti yang berbeda

Karena aku memilikimu dalam jarak

Karena aku memilikimu dalam harapan

Yogyakarta, januari.
Desi Dwi Siwi AD

Rabu, 07 Januari 2015

Membekap Senja

Aku ingin menyimpan senjamu
Hanya aku
Hanya untukku yang matanya sayu berbingkai debu

Aku bermimpi menculik senja
Menggendongnya hanya untukku
Kubawa pulang untukku bertemu
Bertemu kau,
Yang desahnya tak jauh dari radar otak

Aku mengais doa
Agar aku diijinkan menoreh luka dipundakmu
Lalu kuiriis pelan bersamaan dosa inginnya memeluk

Lihatlah!
Aku mengintai senja untuk ada disampingmu
Rasakanlah!
Aku telah berhasil menorehkan luka kepada buih buih kehilangan

Aku ingin mengambil senja
Untukmu
Percayalah

Desi Dwi Siwi AD
Yogyakarta, 7 Januari 2015